Bahaya Memakai Kacamata 3D
Diposting oleh Unknown
Hati-Hati..! Nonton dengan Efek 3D dapat Merusak Penglihatan loh..
Seperti yang kita tahu pada zaman sekarang ini, banyak sekali produser
film membuat karya mereka dapat di nikmati secara 3D, dan tidak jarang
orang - orang menyukainya. karena disamping kita dapat melihat seperti
real/asli kita juga dapat merasakan hal yang terjadi di film itu secara
tidak langsung.
Tapi, efek buruk mengenai keberadaan teknologi 3 dimensi (3D) terus dikemukan oleh para ilmuwan. Pasalnya dibalik kecanggihannya, gambar 3D dikabarkan mampu menimbulkan penyakit yang membahayakan.
Para peneliti dari Eidhoven University, Belanda menyimpulkan bahwa televisi 3D bisa mengacaukan fungsi kerja otak sehingga menimbulkan ketegangan pada mata, sakit kepala, dan mual.
Tapi, efek buruk mengenai keberadaan teknologi 3 dimensi (3D) terus dikemukan oleh para ilmuwan. Pasalnya dibalik kecanggihannya, gambar 3D dikabarkan mampu menimbulkan penyakit yang membahayakan.
Para peneliti dari Eidhoven University, Belanda menyimpulkan bahwa televisi 3D bisa mengacaukan fungsi kerja otak sehingga menimbulkan ketegangan pada mata, sakit kepala, dan mual.
Penelitian ini sendiri didasarkan pada survei yang dilakukan oleh 39
orang relawan. Mereka diminta membaca teks di layar TV berformat 3D
dengan jarak 10 meter. Tujuh orang di antaranya merasakan mual saat
membaca. Demikian juga dari segi penglihatan, terjadi penglihatan ganda
dan ketegangan mata.
Dilansir melalui DailyMail, dalam riset yang dilakukan, para relawan ini diminta menonton televisi dengan dua cara. Caranya relawan harus menonton televisi 3D yang disebut aktif, dan televisi non-3D yang disebut pasif.
Penonton aktif harus memakai kacamata khusus yang di dalamnya terdapat baterai kecil. Hasilnya terjadi sinkronisasi tampilan gambar TV yang dikoneksikan melalui nirkabel. Otak penonton pun ditipu. Hasilnya gambar 3D pun sesuai dengan alam pikiran penonton.
Dilansir melalui DailyMail, dalam riset yang dilakukan, para relawan ini diminta menonton televisi dengan dua cara. Caranya relawan harus menonton televisi 3D yang disebut aktif, dan televisi non-3D yang disebut pasif.
Penonton aktif harus memakai kacamata khusus yang di dalamnya terdapat baterai kecil. Hasilnya terjadi sinkronisasi tampilan gambar TV yang dikoneksikan melalui nirkabel. Otak penonton pun ditipu. Hasilnya gambar 3D pun sesuai dengan alam pikiran penonton.
Sementara penonton televisi pasif bergantung pada polarisasi khusus
filter di TV untuk membagi gambar ke komponen mata kiri dan mata kanan.
Untuk itulah ilmuwan menyarankan agar anak-anak di bawah usia 8 tahun tidak terlalu sering menggunakan kacamata 3D saat menonton televisi. Pasalnya otot mata anak-anak masih dalam tahap perkembangan.
Saat ini begitu banyak film-film hollywood yang beredar di bioskop dengan format 3D, ditambah lagi para pabrikan telivisi atau LCD berlomba-lomba untuk menciptakan LCD dengan teknologi 3D yang canggih, sehingga tontonan dengan format 3D begitu mudah didapatkan. Tentu saja sensasi menonton Film 3D sangat menyenangkan ketimbangan menonton film dengan format biasa, karena efek-efek film yang kita tonton akan semakin terlihat nyata.
Tapi muncul pertanyaan, apakah efek 3D mempunyai pengaruh buruk untuk kesehatan mata. Faktanya menonton TV dalam waktu yang lama saja dapat melemahkan mata dan membuat otot mata menjadi tegang. Bahkan, menurut beberapa peneliti, efek 3D bisa 3 kali lebih buruk.
Penemuan bahwa menonton 3D bisa berdampak buruk bagi mata kita berasal dari kenyataan bahwa teknologi ini menunjukkan inkonsistensi dengan realitas. Biasanya, ketika kita melihat objek tiga dimensi secara dekat, mata kita berkonvergen, dan saat kita melihat obyek yang jauh, mata kita berdivergen. Hal ini terjadi agar gambar dapat diproyeksikan di pusat dari kedua retina mata kita. Bentuk lensa kita juga mengalami akomodasi, sehingga gambar difokuskan pada retina, dan kita dapat melihat objek dengan jelas.
Untuk itulah ilmuwan menyarankan agar anak-anak di bawah usia 8 tahun tidak terlalu sering menggunakan kacamata 3D saat menonton televisi. Pasalnya otot mata anak-anak masih dalam tahap perkembangan.
Saat ini begitu banyak film-film hollywood yang beredar di bioskop dengan format 3D, ditambah lagi para pabrikan telivisi atau LCD berlomba-lomba untuk menciptakan LCD dengan teknologi 3D yang canggih, sehingga tontonan dengan format 3D begitu mudah didapatkan. Tentu saja sensasi menonton Film 3D sangat menyenangkan ketimbangan menonton film dengan format biasa, karena efek-efek film yang kita tonton akan semakin terlihat nyata.
Tapi muncul pertanyaan, apakah efek 3D mempunyai pengaruh buruk untuk kesehatan mata. Faktanya menonton TV dalam waktu yang lama saja dapat melemahkan mata dan membuat otot mata menjadi tegang. Bahkan, menurut beberapa peneliti, efek 3D bisa 3 kali lebih buruk.
Penemuan bahwa menonton 3D bisa berdampak buruk bagi mata kita berasal dari kenyataan bahwa teknologi ini menunjukkan inkonsistensi dengan realitas. Biasanya, ketika kita melihat objek tiga dimensi secara dekat, mata kita berkonvergen, dan saat kita melihat obyek yang jauh, mata kita berdivergen. Hal ini terjadi agar gambar dapat diproyeksikan di pusat dari kedua retina mata kita. Bentuk lensa kita juga mengalami akomodasi, sehingga gambar difokuskan pada retina, dan kita dapat melihat objek dengan jelas.
Ketika kita menonton film 3D, mata kiri melihat satu gambar dan mata
kanan melihat gambar lainnya. Otak menggunakan efek ini untuk
menghasilkan gambar 3D. Para ahli menganggap ini sebagai pengalaman
sensorik yang sama sekali baru. Saat melihat gambar 3D, proses
konvergensi dan divergen bertentangan dengan faktor akomodasi. Hal ini
karena, mata mengakomodasi dengan berfokus pada sumber cahaya(layar
bioskop/layar TV) pada satu jarak, tapi pada waktu yang sama, proses
konvergen dan divergen pada jarak lain untuk melihat gambar 3D
tergantung pada posisinya dalam ruang.
Untuk mengerti hal ini, kita butuh contoh. Ada sebuah Layar 3D yang berjarak 5 meter dari Anda. Sekarang jika gambar 3D tampak lebih dalam pada layar, mata Anda mungkin berkonvergen untuk jarak, katakanlah 6 meter. Dan jika gambar menyimpang dalam ruangan, maka mata Anda mungkin berkonvergen untuk jarak 3 meter. Jadi intinya adalah saat mata Anda terfokus pada layar untuk jarak yang tetap yaitu 5 meter, pada saat yang sama kedua mata anda berbeda konvergen. Masalahnya terletak pada perbedaan dalam jarak antara layar dan gambar, menurut para peneliti.
Untuk mengerti hal ini, kita butuh contoh. Ada sebuah Layar 3D yang berjarak 5 meter dari Anda. Sekarang jika gambar 3D tampak lebih dalam pada layar, mata Anda mungkin berkonvergen untuk jarak, katakanlah 6 meter. Dan jika gambar menyimpang dalam ruangan, maka mata Anda mungkin berkonvergen untuk jarak 3 meter. Jadi intinya adalah saat mata Anda terfokus pada layar untuk jarak yang tetap yaitu 5 meter, pada saat yang sama kedua mata anda berbeda konvergen. Masalahnya terletak pada perbedaan dalam jarak antara layar dan gambar, menurut para peneliti.
Masalah ini telah terbukti dengan banyak kasus di mana banyak orang
mengalami gejala seperti sakit kepala, mata lelah, mabuk, disorientasi,
pandangan kabur dan mual setelah menonton Tayangan 3D. Produsen seperti
Nintendo, Samsung dan produsen lainnya, memperingatkan untuk tidak
menonton 3D dalam waktu yang lama.
Anak-anak, remaja, wanita hamil, orang yang menderita insomnia, dan mereka mengalami kecanduan alkohol secara ketat dibuat sadar akan efek negatif dari menonton TV 3D. Anak-anak di bawah 6 tidak memenuhi syarat untuk menonton 3D. Jika anak-anak kecil terbiasa melihat 3D, maka kemungkinan akan mengembangkan fungsi mata yang abnormal sebagaimana mata dan otak berkembang seiring bertambahnya usia, Hal ini akan mengakibatkan komplikasi yang serius di kemudian hari.
Anak-anak, remaja, wanita hamil, orang yang menderita insomnia, dan mereka mengalami kecanduan alkohol secara ketat dibuat sadar akan efek negatif dari menonton TV 3D. Anak-anak di bawah 6 tidak memenuhi syarat untuk menonton 3D. Jika anak-anak kecil terbiasa melihat 3D, maka kemungkinan akan mengembangkan fungsi mata yang abnormal sebagaimana mata dan otak berkembang seiring bertambahnya usia, Hal ini akan mengakibatkan komplikasi yang serius di kemudian hari.
0 Komentar:
Budayakan memberi komentar setelah membaca